Sabtu, 26 November 2016

It's NOT a Love story 💔

Ini cerita tentang sepasang Suami & Istri. Kisah ini bukan cerita Cinta atau Drama-drama tai kucing, seperti di Sinetron & FTV.

Alkisah..

Seorang Laki-laki yang sebelum menikah, menjanjikan calon Istrinya, segalanya. Dan seorang Wanita yang sebelum menikah, tidak pernah membayangkan, bahwa Lelakinya penuh dusta.

💌

Seorang Suami yang baru-barunya menikah, curhat ke Ibunya perihal Istrinya yang tidak mau gosok baju kerjanya. Soal Istrinya yang tidak pernah sediakan minuman untuknya setelah pulang kerja.
Padahal seingatnya, dia udah kasih segalanya.
Uang. Perhiasan. Kamar yang layak. Apapun yang Istrinya minta, pasti dia berikan.

Tapi dia lupa, dia nggak menyertakan kepedulian dan perhatiannya untuk Istrinya.

Keadaannya, pekerjaannya membuat mereka harus sering terpisah jarak. Sekedar menelpon, SMS, memuji Istrinya. Setidaknya saat itu mereka masih sering berkomunikasi.
Biarpun kenyataannya, si Suami cuma membandingkan Istrinya dengan Mantan-mantan pacarnya dulu. Bagaimana dulu dia di perlakukan, bagaimana dulu mantan pacarnya mengurusnya, memanjakannya. Dia katakan semua didepan Istrinya, yang waktu itu baru saja dia nikahi.
Bahkan, sekiranya sang Istri ingin cerita sesuatu, tidak pernah dia dengarkan. Malah sengaja seenaknya mengganti topik pembahasan. Terlalu sering seperti itu.

Waktu demi waktu berlalu, komunikasi mereka semakin jarang, sang Istri merasa semakin penat dengan sikap Suaminya. Dia mulai merasa lelah, tatkala menyaksikan Suaminya gembira ria dengan senangnya bercakap dengan Perempuan-perempuan lain di telepon. Saling berbalas mengirim pesan. Tertawa-tawa disamping Istrinya. Tak jarang, Suaminya menelepon perempuan-perempuan tersebut. Yang pada kenyataannya mereka juga telah berkeluarga. Betapa menyayat hati.

💌

Sampai suatu hari, terlampau lelahnya hati sang Istri atas kurangnya perhatian dari Suaminya, dia terus menangis, meratapi nasibnya hidup tertekan tidak tau harus dengan siapa dia berbagi cerita.

Sementara Suaminya, demi menghidupi Istrinya, dia minta kembali apa yang selama menikah dia berikan untuk Istrinya. Dengan berucap janji,
"Pasti dikembalikan"
Sang Istri pun mau tidak mau harus mengikhlaskan, dengan satu syarat, dia tidak ingin melepas Liontin Kupu-kupu nya. Karna liontin itulah kesayangannya. Liontin yang menyaksikan betapa beratnya sang Istri melihat barang-barangnya diminta kembali oleh Suaminya. Semakin hari, si Istri semakin sering menangis.

💌

Pada akhirnya, seperti pasangan Suami-Istri lainnya, mereka juga di berikan Amanah dari Sang Maha pencipta. Sang Istri Positif HAMIL.
Yang tidak beruntungnya, dia menyadari justru saat Suaminya sedang berada jauh darinya, karena pekerjaan.

Antara Bahagia yang tak terbendung, juga perasaan sedih yang begitu dalam. Dia harus merasakan masa-masa kehamilan yang amat sangat menyedihkan.
Suami yang sering meninggalkannya ke Luar Kota. Juga, saat akhirnya mereka bisa bersama, Suaminya masih tetap berkelakuan sama seperti sebelumnya.
Tidak perduli.

Ada saat paling menyedihkan yang nggak akan pernah si Istri lupakan. Dimana tengah malam, dia merengek ke Suami, sambil mengatakan dia sangat ingin sekali makan Mie Goreng 2 porsi. Suaminya dengan santai cuma bilang,
"Duitnya nggak ada, motornya juga udah susah keluar". Kemudian berlalu, tidur dengan pulasnya. Tanpa tau, disampingnya ada Istri yang sedang menangis, karena sikapnya.

Ekspektasi punya Suami SIAGA, dalam keadaan apapun, ternyata realita sang Istri sungguh menyedihkan. Suaminya sering tidak mengabulkan apa yang dia minta saat hamil. Suaminya sibuk berkelakuan baik ke orang-orang lain, ketimbang Istrinya yang saat itu benar-benar sangat membutuhkan dirinya. Betapa batinnya teriris.. Berujung Trauma dengan kehamilan.

💌

Entah berapa Malaikat yang sudah menghitung airmata yang jatuh keluar dari mata sang Istri akibat dari perbuatan Suaminya. Selepas dia melahirkan, karir Suaminya mulai merosot. Hutang-hutang menumpuk. Bahkan sampai di pecat dari Pekerjaannya. Kehidupan mereka benar-benar mulai terpuruk.

Sang Suami & Istrinya itu kini benar-benar hidup menumpang dengan Orang Tuanya. Tanpa ada tagihan listrik & air yang biasanya menjadi tanggung jawab mereka. Pekerjaan baru? Tidak semudah itu.

💌

Berbulan-bulan mereka menumpang hidup. Sang Istri tidak lekas lupa dengan rasa kecewanya terhadap Suaminya. Yang sekarang justru malah semakin menjadi kelakuannya. Dia hanya bisa berdoa berharap Suaminya segera sadar. Bahwa dia bukan lagi laki-laki lajang. Dia bukan lagi anak kecil yang maunya cuma dimanja. Bukan lagi Laki-laki yang maunya di masakkan dan di gosokkan baju oleh pasangannya. Dia laki-laki ber-Istri, beranak satu. Yang harus dia penuhi kebutuhan mereka.

💌

Tapi.. Bukannya berubah, janji-janjinya seakan dia hisap dan telan bersama dengan asap rokoknya.
Sang Suami bertingkah semakin menjadi. Bak Raja.

Rumah Orang Tua dijadikan Hotel.
Pulang pergi seenak dengkulnya. Tidak pamit. Tidak berkabar. Lebih parah dari tamu Hotel yang biasanya kasih uang tip. Boro-boro.. Satu butir permen pun tidak dia tinggalkan. Nggak ada pikiran yang di rumah sudah makan atau belum? Nggak peduli yang di rumah sakit atau enggak. Nggak mau tau, yang di rumah butuh bantuan atau enggak.

Kendaraan siap sedia kemanapun, untuk dia main, untuk dia kencan. Makan disediakan. Baju dicucikan. Internet bebas pakai. Pergi dengan mobil pun juga di supiri, bak majikan.

Sekali-kalinya membantu, dumelnya bagaikan laut pasang. Suami itu kan Laki-laki. Kewajibannya memang yang berat-berat. Bagaimana nggak lucu, lipat-lipat baju aja sambil cemberut. Kebayang nggak gimana jadi Istrinya? Mau nggak mau harus nyuci bajunya yang nggak pernah lepas dari bau asap rokok. Belum lagi, parfum orang lain di bajunya, dan hal-hal yang tidak layak lainnya yang Suaminya bawa pulang untuk Istrinya.

Lihat di Hotelnya ada yang malas sedikit, ngocehnya nggak karuan. Istilahnya, 'seperti tidak punya CERMIN'.
Padahal semasa menganggur, kerjanya juga cuma makan tidur kelayapan.

Untuk keluarga, malasnya luar biasa.
Untuk teman-teman (pengangguran) nya, sikapnya siap sedia. Semangat 45. Kemanapun mereka mau pasti di turuti. Kemanapun mereka ajak, pasti di sanggupi.
Nggak punya uang buat senang-senang sama teman? NGGAK MASALAH. Kan bisa minta sama saudara kandungnya. Uups.. Mintanya juga diam-diam, jangan sampai Istrinya curiga, kemudian tau semuanya.
Kalau giliran Popok  & Susu anaknya yang habis, keluarlah alasan klasik dari mulut sang Suami,
"Mau gimana? duitnya nggak ada. Pinjem Mama dulu sana, nanti di ganti". Betapa lucunya sang Istri mendengar ucapan yang sering kali dipakai oleh Suaminya.

💌

Singkat cerita, suatu ketika..
Tiba-tiba Istrinya MARAH LUAR BIASA.

Sejenak si Suami ber-akting taubatan nasuha. Meyakinkan sambil (katanya) berderai airmata, sampai segala minta tolong di ingatkan, kalau-kalau kembali berkelakuan seperti itu. Apa yang terjadi? Tentu saja Istrinya kembali bersabar. Meskipun sadar betul, Suaminya TIDAK MUNGKIN benar-benar berkelakuan selayaknya seorang Imam. Jangankan perubahan besar macam itu. Untuk rokok saja, dia tidak bisa.
Kembali.. Si Istri hanya diam. Menyaksikan, mau sampai dimana sandiwara Suaminya.

💌

Beberapa waktu, si Suami ini pernah tiba-tiba mengajak Istrinya keluar rumah. Bukan seperti teman-temannya yang kemana aja dia turuti. Baginya, Istrinya itu sepele. Di ajak kesitu-situ aja juga udah seneng. Apalagi kondisinya juga nggak punya Uang.

Beberapa waktu juga, dia sesumbar ke Anaknya,
"Jalan-jalan yuk, main yuk.. Ke rumah ini, ke rumah itu.."
Hai Suami~ Kota yang di tinggalinya, isinya bukan cuma rumahnya si Anu & si Itu. Ya kalo sekiranya punya Anak & Istri cuma buat di kerangkeng di rumah aja, atau kalo emang nggak mau nyenengin. Minimal tinggalkan untuk mereka uang yang cukup. Istri & Anaknya juga nggak butuh Ayah yang males-malesan nyenengin mereka. Mereka bisa pergi sendiri, itu kalau si Suami memberi mereka modal untuk menyenangkan diri.

Berbanding terbalik untuk teman-temannya,
"Ayo mancing". "Ayo kesini". "Ayo kesitu".
"Ayo nggak pulang". Gampang tinggal minta aja nanti buat jajan mah. Begitu kira-kira si Suami dengan santainya

"Ngapain pulang? Mendingan tidur. Gue di rumah di diemin, giliran nggak ada di cariin!"

Hai Suami, Hotel saja masih punya aturan. Kenapa kamu yang nggak mau di atur kok sok ngatur-ngatur?

💌

Akhirnya datang saatnya Sang Istri lelah. Dia mengikhlaskan Suaminya bertingkah semaunya. Dia tidak lagi ingin tau, darimana Suaminya mendapatkan uang untuk membeli ini dan itu. Dia tidak lagi penasaran dan membuka Handphone Suaminya, dengan siapa dia bicara, melakukan apa dia di Dunia Maya. Dia tidak lagi perduli jika dia hanya di jadikan pembantu, pelayan, Baby Sitter, pemuas nafsunya saja, atau sebagai Istri. Dia tidak lagi khawatir Suaminya main serong dengan perempuan lain. Dia tidak lagi cemas, akan diberikan kepada siapa hasil yang Suaminya dapatkan dari bekerja. Entah itu untuknya, untuk anaknya, untuk teman-temannya, untuk perempuan simpanannya, untuk hutang-hutangnya. Siapapun. Dia sudah sangat lelah.

Yang Dia tau hanya, dia bertahan untuk Anaknya..

💌💌💌

Semoga cerita ini menginspirasi para Suami Istri di Luar sana. Supaya semakin belajar, mana Prioritas, mana Ancaman, mana Tanggung Jawab, dan mana Kesenangan semata. Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar